Penasaran dengan apa makna dibalik judul cerpen ini ??? makanya dibaca yuuuuk cerpennya :)
Apalagi
buat temen-temen yang punya ketakutan atau trauma dengan yang namanya 'CINTA',
nah cocok banget nih baca cerpen aku yang satu ini :D
SELAMAT
MENIKMATI yaaa :D
Kubuka
jendela kamar, tetesan embun-embun itu terlihat dari balik jendela. Hembusan
angin masuk ke dalam kamarku, menyegarkan tubuh mungil ini. Setelah ku masukkan
buku-buku dan alat tulis ke dalam tas ranselku, aku pun segera menghampiri Mama
dan Papa untuk sarapan bersama. Setelah itu, aku berangkat ke sekolah. Seperti
biasanya, Papa yang mengantarkanku sampai depan gerbang sekolah.
Sejak
kepindahanku enam bulan yang lalu ke sekolahan ini, banyak cerita dan
pengalaman baru yang aku dapatkan. Mulai dari kisah persahabatan hingga
percintaan, termasuk perasaan yang sedang muncul dalam diriku saat ini.
Akhir-akhir
ini, entah mengapa aku lebih sering memperhatikannya. Rifano Steward, namanya.
“eeeh,
mau ngapain disitu ?” tanyanya padaku.
“numpang
duduk sebentar !!” sambil duduk di bangku yang biasa ia duduki.
Dia
pun langsung pergi. Bel tanda masuk pun berbunyi, teman-teman di kelas ku masih
sibuk dengan masing-masing tugasnya. Dan kebetulan bangku yang biasa aku duduki
masih ditempati oleh Nadia, sahabatku sejak aku pindah ke sekolah ini
“fyraa,
lo duduk disitu aja deh , “ ucap Fano, lalu duduk di sebelahku.
“ouh,
yaudah . . , “ jawabku singkat.
Pelajaran
pun dimulai. Selama pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung, kami malah asik
berbincang-bincang. Mulai dari menanyakan alamat rumahku hingga keluargaku,
banyak deh pokoknya. Tak terasa, percakapan kami pun berlanjut sampai bel tanda
istirahat berbunyi.
Entah
kenapa, semenjak hari itu aku terus memikirkannya. Hari demi hari ku jalani,
semakin lama aku semakin dekat dengannya. Terkadang hati ini deg-degan saat
berada di dekatnya. Entah apa ini namanya, mungkinkah aku menyukainya ?
pertanyaan itu terus muncul dalam benakku.
“Fyraaaa
!!!!” sambil menepuk pundakku.
“Nadiaaaaaa
. . . ,” teriakku kaget.
“cieee
. . , lagi mikirin apa sih serius banget ?”
“ga
ada apa-apa kok nad ,” jawabku bohong.
Mungkin
belum saatnya untukku ceritakan pada Nadia. Sampai saat ini, aku masih takut
untuk merasakan jatuh cinta lagi. Kenangan-kenangan masa lalu itu membuat
diriku menjadi seperti ini. Aku takut terluka lagi di kemudian hari, sama
seperti kisah-kisahku yang dahulu. Apalagi dia mempunyai nama awalan dengan
inisial huruf ‘ R ’.
Reza
Dwi Pratama, aku sangat menyayanginya. Apapun yang dia inginkan, pasti akan
selalu aku turuti selama aku masih bisa melakukan apa yang dimintanya. Meskipun
sikapnya kasar, aku tak pernah bisa marah padanya. Meskipun begitu, dia
menyayangiku, menjagaku, dan memarahiku saat dia melihatku menangis. Semakin
sering aku menuruti kemauannya, ia semakin melunjak. Saat kesabaranku habis,
saat itulah aku berusaha untuk menghilangkan perasaanku. Ia pernah berkata
kepadaku, “Lo itu ga pantes buat sayang sama gue !” Kata-kata itu masih
terngiang di telingaku. Dengan perlahan, aku mulai mencoba melupakannya, namun
aku tak bisa membohongi diriku, jika aku masih menyanginya, meskipun rasa itu
tidak sebesar seperti awalnya.
Sebelumnya,
akupun pernah diselingkuhi oleh Rasya Aditya. Dan semenjak kejadian itu, aku
mulai takut untuk jatuh cinta, apalagi orang itu berinisial huruf ‘R’.
“Fyraa,
lo ada waktu ga ?” tanya Rifano, yang biasa aku panggil Pano.
“memangnya
kenapa, Pan ?” tanyaku dengan hati senang.
“gue
mau ngomong nanti pulang sekolah,” jelasnya sambil cengegesan.
“okeee,”
jawabku.
Bel
tanda pulang berbunyi. Pano membawaku ke suatu tempat yang membuatku terperanga
dengan keasrian tempat itu. Pemandangannya indah, hembusan angin merasuk ke
dalam tubuhku, membuat tubuhku sedikit menggigil, percikan air terdengar di
telingaku, membuatku merasa semakin nyaman di dekatnya.
“ada
apa, Pan ??” tanyaku sambil menghadap ke wajahnya.
“gue
mau cerita tentang cewe gue . . ”
“gue
lagi ada masalah sama dia,” tambahnya dengan raut wajah sedih.
Aku
pun mendengarkan ceritanya. Tapi, semakin lama hati ini semakin sakit. Mata ku
pun berkaca-kaca. Kucoba tenangkan hati ini, rasanya aku ingin menjerit saat
detik itu juga. Tapi, aku tak boleh terbuai dalam rasa keegoisanku. Aku tak
ingin dirinya mengetahui kesedihanku. Baru kali ini, aku melihat sosok Rifano
yang biasanya ceria, kini duduk tertunduk sedih dihadapanku. Aku tak ingin
melihatnya sedih. Setelah aku memberikannya saran, tak lama kami segera
beranjak pulang. Dan sepanjang malam itu, aku mencoba menyimpulkan apa yang
sebenernya aku rasakan selama ini. Aku jatuh cinta pada Rifano.
“Fyraaaa,
besok kita jadi ke pantai kan ?” tanyanya dengan semangat,
“iyaaa,
Nadia sayaaang . . .”
“okeee,
gue bilang ke anak-anak yaa”
“okee,
jangan lupa jemput gue yaa ,” pintaku dengan senyum lebar.
“iya,
iya tuan putri . . .”
Sejak
kepindahanku ke sekolah ini, aku sangat senang mempunyai sahabat seperti,
Nadia, Azka, Rianty, Adit, Alvin, Fadly, Indra, Adrian, Wisnu. Kami pun sering
hangout bareng. Dan kebersamaan itulah yang membuatku merasa bahagia.
“Tin
. . Tin . . Tin . . ,” terdengar suara klakson mobil.
“Mamaaa,
aku pamit yaa . .”
“hati-hati
yaa sayang . .”
“iyaaa,
Mamaaaa ,” sambil mencium keningnya.
Kami
pun segera berangkat. Capcusssss . . . .
Setibanya
di pantai, kami langsung keluar dari mobil, dan bermain dengan gelombang-gelombang
air disertai ombak yang cukup deras yang sesekali menjatuhkan kami bersama
kerang-kerang cantik di atas pasir. Pemandangan sun-set yang begitu indah,
membuat kami tak lupa untuk mengabadikan saat-saat kebersamaan ini. Dengan
gaya-gaya yang cukup menggila, kami merasa sangat senang meskipun sedikit
lelah. Andai saja Rifano berada disini, mungkin ia sedikit senang. Setidaknya
dia bisa melupakan masalahnya sejenak.
“Fyraaa
. . , makan yuuk ,” ajak Rianty.
“iyaa,
laper nih gue . . ,” tambah Fadly.
“yaudah
kalian cari tempat makan, nanti gue sama Nadia nyusul”
“okee
. .”
Setelah
aku ganti baju, dan terlihat cukup fresh, aku bersama Nadia menyusul ke Café,
tempat dimana mereka berada. Dari kejauhan, tempat itu terlihat ramai. Mungkin
karena malam minggu, jadi semakin banyak yang mengunjungi Café itu, apalagi
para muda-mudi.
“mana
sih mereka, Fyr ??” tanya Nadia.
“di
lantai 2, Nad. Ga ada tempat makan lain apa yaa, sampe milih yang rame begini
,” keluhku.
“ayoo
semangat Fyr . . , kan demi makanan” sambil mencolek-mencolekku.
“Fyraaaa
. . . ,” terdengar ada yang memanggilku.
“heiyyy,
Fyraa . . .”
“Fyraa,
itu mereka . . ,” sambil menunjuk ke arah suara panggilan tersebut.
Terlihat
Adit sedang melambai-lambaikan tangannya. Aku dan Nadia segera menghampiri
mereka. Namun, terlihat sosok laki-laki seperti Rifano di antara mereka.
Mungkin, hanya halusinasiku saja yang terlalu memikirkannya. Semakin mendekat,
semakin berat kakiku untuk melangkah.
“Fyraa,
lama banget sih lo . . ,” protes Fadly.
“iyaa
. . ,” belum sempat aku meneruskan perkataanku, aku menolehkan pandanganku ke
arah laki-laki itu.
“Fyraaa
. .”
“Fyraa,
pasti lo kaget gue ada disini yaa ?” sambil melambaikan tangannya di depan
wajahku.
Belum
sempat aku menjawab, Adit menepuk pundakku.
“Fano
lagi anniversary sama pacarnya, makanya dia nyuruh kita gabung disini, Fyr . .
,” kata Adit.
Rasanya
aku ingin kabur dari tempat ini. Melihatnya menggenggam tangan seorang wanita
yang tak lain adalah pacarnya, sangat menyakitkan bagiku. Aku berusaha untuk
menstabilkan keadaanku. Aku tak ingin berteriak, menangis disini. Aku tak ingin
merusak kebahagiaan fano. Ini hari bahagianya, hari dimana ia merayakan hari
jadinya yang ke-2 tahunnya bersama pacarnya. Aku melihatnya tersenyum tulus
bahagia, beda dengan yang kulihat saat di danau itu. Kucoba kuatkan hatiku,
kutahan air mataku.
“Happy
Anniversary yaa buat kalian . . . ,” sambil kuulurkan tanganku kepada mereka.
“makasih
Fyraa . . ,” jawabnya dengan senyuman yang khas di wajahnya.
Dan
akupun segera meninggalkan mereka. Terdengar suara-suara itu memanggil namaku.
Entah apa yang kulakukan ini benar atau salah, namun aku hanya tak ingin mereka
melihat apa yang sebenarnya terjadi pada diriku.
Aku
pun duduk dibawah terangnya sinar rembulan. Sangat indah dan menenangkan. . .
Kilauan
bintang-bintang itu menemani kesedihanku pada malam ini. Gemuruh ombak,
terdengar di telingaku, angin berhilir menusuk tulang-tulangku. Tetes demi
tetes, air mataku yang sudah terbendung sejak tadi telah membasahi wajah ini.
“enggak
seharusnya gue suka sama lo. Enggak seharusnya gue suka sama orang yang bernama
‘ R ‘. Enggak seharusnya gue jatuh cinta. Apalagi mencintai orang yang telah
dimiliki oleh orang lain !!!!”
Perasaanku
sedikit lega, setelah ku ucapkan semua keluh kesah yang ada dalam benakku.
“kenapa
selama ini lo ga pernah cerita ke kita ?”
Suara
itu terdengar dari belakangku.
“ga
ada yang perlu gue ceritain, karena semuanya bakalan sama,” jawabku.
“kenapa
lo bisa bilang begitu?,” Tanya Nadia. Aku pun menceritakannya kepada Nadiadan
Rianty tentang masa laluku dan apa yang aku rasa selama ini.
“gue
bahagia ngeliat orang yang gue sayang juga bahagia meskipun ga bersama gue,”
tambahku.
“
tapi, orang yang lo sayang itu bisa bahagia, klo dia bersama lo ,”
Suara
itu . . , terdengar sangat jelas. Entah kebodohan apa yang ku perbuat, mengapa
sampai orang itu mendengar semua ini ??? dan mengapa ia ada disini ?
“Fyraaa,
gue sayang sama lo . . . ,” sambil membalikkan badanku.
“cewe
itu ? dan . . ,” belum sempat ku tanyakan semua, fano menjelaskan semuanya
kepadaku. Sebenernya, ia sudah putus dari dua tahun yang lalu. Dan, ceritanya
di danau itu adalah cerita palsunya dia. Dia melakukan seperti itu, karena ia
penasaran dengan apa yang pernah ia lihat dibuku. Dan aku baru menyadarinya,
jika aku pernah meminjamkan buku catatan kepadanya, yang bertuliskan “ I LOVE
PANO-PANU ” di bagian belakang buku catatan itu. Karena fano tidak percaya jika
maksud tulisan itu adalah untuknya, ia ingin membuktikan tulisan itu dengan cara
seperti ini. Suatu kebodohan, hal yang memalukan, namun akhirnya
menggembirakan. Itulah namanya cinta. Cinta itu misteri. Kita tak pernah
mengetahui kapan datangnya cinta, dan kita pun tak pernah bisa menebak dari
akhir cerita cinta.
Tak
terasa, tiga tahun sudah kami menjalani hubungan ini. Aku bahagia bersamanya,
memiliki dirinya dan segala cintanya. Canda tawa selalu mewarnai hari-hariku.
Mungkin, hanya beberapa kali kami bertengkar dan itupun tak berkunjung lama.
Aku merasa sangat sempurna di hadapannya. Dia bisa menerima segala
kekuranganku, begitupun sebaliknya. Kami saling melengkapi, menghargai, dan
menghormati. Begitulah cintanya, yang selalu kurindukan di kala kami tak
berjumpa hanya satu hari saja.
Kenangan
masa lalu itu adalah hal yang telah berlalu untuk dijadikan pelajaran bagiku
untuk melangkah maju. Kenangan manis di masa lalu, akan selalu ingin diulang.
Namun, kenangan pahit di masa lalu akan selalu terbayang. Setiap orang yang
berhasil terlepas dari masa lalunya, pasti pernah mengalami kesulitan dalam
menepis bayangan-bayangan masa lalunya. Entah itu kenangan manis ataupun pahit,
pasti butuh waktu untuk dapat melangkah dan terbebas dari masa lalu tersebut.
Dan ketakutan itulah yang dapat menghambat diri kita sendiri untuk dapat
menjalani hidup ini. Jagalah setiap cinta yang Tuhan beri, siapapun itu.
Mencintai dengan setulus hati, maka cinta itu tak akan pernah menyakiti.
-THE END-
Nah,
gimana dengan ceritanya ????? hihihi :D
yang
mau kritik dan saran ditunggu yaaa ;) yang mau tanya-tanya juga boleh, atau mau
curhat juga boleh :D