NAMA : MILA FEBRIANA MEGAWATI
KELAS : 2KA19
NPM : 14111488
TEORI ORGANISASI UMUM 2
“PERILAKU KONSUMEN”
NAMA
KELOMPOK :
1.
ADIRZA PRAHASTA (10111198)
2.
BURHANUDDIN ASHARI (11111562)
3.
DWI ARDIANTI (12111225)
4.
HARDI (18111525)
5.
MILA FEBRIANA MEGAWATI (14111488)
6.
NURUL AMALIA SOLIHA (15111382)
6.
RIFIANDIKA ARIEF (16111175)
7.
STEVEN ARI FEBRIANDI (16111901)
KELAS
: 2KA19
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia yang telah diberikan, kami
dapat menyusun Tugas Makalah Teori Organisasi Umum2.
Kritik dan saran kami harapkan dari
pembaca, khususnya kepada dosen yang membimbing kami, demi kesempurnaannya
tugas makalah yang akan datang.
Semoga makalah ini bermanfaaat bagi
para pembaca, dan diharapkan mereka dapat lebih mengetahui dan memahami tentang
perilaku konsumen.
Amin ya Rabbal ‘alamin.
Depok, 22 Maret 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku
konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan denga
pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan
jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal
yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang
berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan
dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement)
proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Dalam mengenal konsumen
kita perlu mempelajari perilaku konsumen sebagai perwujudan dari seluruh
aktivitas jiwa manusia itu sendiri. Suatu metode didefinisikan sebagai suatu
wakil realitias yang di sederhanakan. Model perilaku konsumen dapat
didefinisikan sebagai suatu sekema atau kerangka kerja yang di sederhanakan
untuk menggambarkan aktivitas-aktivitas konsumen. Model perilaku konsumen dapat
pula diartikan sebagai kerangka kerja atau suatu yang mewakili apa yang di
yakinkan konsumen dalam mengambil keputusan membeli.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
permasalahan yang ada, maka dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari perilaku
konsumen ?
2. Faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi perilaku konsumen ?
3. Bagaimanakah pendekatan perilaku
konsumen ?
4. Bagaimanakah perilaku konsumen
Indonesia ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penelitian yang ingin
dicapai, adalah:
1.
Untuk memenuhi tugas Teori Organisasi Umum 2
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi perilaku konsumen
3. Untuk mengetahui teori dari
perilaku konsumen
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 ISI
2.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku
konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan
pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan
jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal
yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Konsumen adalah
seseorang yang menggunakan barang atau jasa. Konsumen diasumsikan memiliki
informasi atau pengetahuan yang sempurna berkaitan dengan keputusan
konsumsinya. Mereka tahu persis kualitas barang, kapasitas produksi, teknologi
yang digunakan dan harga barang di pasar. Mereka mampu memprediksi julah
penerimaan untuk suatu periode konsumsi. Berikut ini adalah wujud dari konsumen
Menurut
Engel (dalam Mangkunegara, 2002) mengemukakan bahwa perilaku konsumen dapat
didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat
dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk
proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan
tersebut. Loudon dan Bitta (1984) mendefinisikan perilaku konsumen yaitu sebagai
proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang
dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, mempergunakan barang-barang dan
jasa. Menurut Peter dan Oslo (dalam Rangkuti, 2002) menyatakan bahwa perilaku
konsumen merupakan interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan
kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup
mereka.
Gerald
Zaltman dan Melanie Wallendorf menjelaskan bahwa perilaku konsumen adalah
tindakan-tindakan proses dan hubungan sosial yang dilakukan oleh individu,
kelompok dan oraganisasi dalam mendapatkan, menggunakan sesuatu produk sebagai
suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan dan sumber-sumber
lainnya
2.2 Dua wujud konsumen
1.
Personal Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa
untuk penggunaannya sendiri.
2.
Organizational Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau
jasa untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi tersebut.
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Konsumen
2.3.1 Faktor Sosial
a. Group
Sikap
dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak grup-grup kecil. Kelompok dimana
orang tersebut berada yang mempunyai pengaruh langsung disebut membership
group. Membership group terdiri dari dua, meliputi primary groups (keluarga,
teman, tetangga, dan rekan kerja) dan secondary groups yang lebih formal dan
memiliki interaksi rutin yang sedikit (kelompok keagamaan, perkumpulan
profesional dan serikat dagang). (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp. 203-204).
b. Family
Influence
Keluarga
memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku pembelian. Para pelaku pasar
telah memeriksa peran dan pengaruh suami, istri, dan anak dalam pembelian
produk dan servis yang berbeda. Anak-anak sebagai contoh, memberikan pengaruh
yang besar dalam keputusan yang melibatkan restoran fast food. (Kotler, Bowen,
Makens, 2003, p.204).
c. Roles
and Status
Seseorang
memiliki beberapa kelompok seperti keluarga, perkumpulan-perkumpulan,
organisasi. Sebuah role terdiri dari aktivitas yang diharapkan pada seseorang
untuk dilakukan sesuai dengan orang-orang di sekitarnya. Tiap peran membawa
sebuah status yang merefleksikan penghargaan umum yang diberikan oleh
masyarakat (Kotler, Amstrong, 2006, p.135).
2.3.2 Faktor Personal
a.
Economic Situation
Keadaan
ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk, contohnya rolex diposisikan
konsumen kelas atas sedangkan timex dimaksudkan untuk konsumen menengah.
Situasi ekonomi seseorang amat sangat mempengaruhi pemilihan produk dan
keputusan pembelian pada suatu produk tertentu (Kotler, Amstrong, 2006, p.137).
b.
Lifestyle
Pola
kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan, dan opini
orang tersebut. Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial, dan
pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda (Kotler,
Amstrong, 2006, p.138)
c.
Personality and Self Concept
Personality
adalah karakteristik unik dari psikologi yang memimpin kepada kestabilan dan
respon terus menerus terhadap lingkungan orang itu sendiri, contohnya orang
yang percaya diri, dominan, suka bersosialisasi, otonomi, defensif, mudah
beradaptasi, agresif (Kotler, Amstrong, 2006, p.140). Tiap orang memiliki
gambaran diri yang kompleks, dan perilaku seseorang cenderung konsisten dengan
konsep diri tersebut (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.212).
d. Age
and Life Cycle Stage
Orang-orang
merubah barang dan jasa yang dibeli seiring dengan siklus kehidupannya. Rasa
makanan, baju-baju, perabot, dan rekreasi seringkali berhubungan dengan umur,
membeli juga dibentuk oleh family life cycle. Faktor-faktor penting yang
berhubungan dengan umur sering diperhatikan oleh para pelaku pasar. Ini mungkin
dikarenakan oleh perbedaan yang besar dalam umur antara orang-orang yang
menentukan strategi marketing dan orang-orang yang membeli produk atau servis.
(Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp.205-206)
e.
Occupation
Pekerjaan
seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Contohnya, pekerja
konstruksi sering membeli makan siang dari catering yang datang ke tempat
kerja. Bisnis eksekutif, membeli makan siang dari full service restoran,
sedangkan pekerja kantor membawa makan siangnya dari rumah atau membeli dari
restoran cepat saji terdekat (Kotler, Bowen,Makens, 2003, p. 207).
2.3.3 Faktor Psychological
a.
Motivation
Kebutuhan
yang mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan dari
kebutuhan. Berdasarkan teori Maslow, seseorang dikendalikan oleh suatu
kebutuhan pada suatu waktu. Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki,
dari yang paling mendesak sampai paling tidak mendesak (kebutuhan psikologikal,
keamanan, sosial, harga diri, pengaktualisasian diri). Ketika kebutuhan yang
paling mendesak itu sudah terpuaskan, kebutuhan tersebut berhenti menjadi
motivator, dan orang tersebut akan kemudian mencoba untuk memuaskan kebutuhan
paling penting berikutnya (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.214).
b.
Perception
Persepsi
adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasi, dan menerjemahkan
informasi untuk membentuk sebuah gambaran yang berarti dari dunia. Orang dapat
membentuk berbagai macam persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama
(Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.215).
c.
Learning
Pembelajaran
adalah suatu proses, yang selalu berkembang dan berubah sebagai hasil dari
informasi terbaru yang diterima (mungkin didapatkan dari membaca, diskusi,
observasi, berpikir) atau dari pengalaman sesungguhnya, baik informasi terbaru
yang diterima maupun pengalaman pribadi bertindak sebagai feedback bagi
individu dan menyediakan dasar bagi perilaku masa depan dalam situasi yang sama
(Schiffman, Kanuk, 2004, p.207)
d.
Beliefs and Attitude
Beliefs
adalah pemikiran deskriptif bahwa seseorang mempercayai sesuatu. Beliefs dapat
didasarkan pada pengetahuan asli, opini, dan iman (Kotler, Amstrong, 2006,
p.144). Sedangkan attitudes adalah evaluasi, perasaan suka atau tidak suka, dan
kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang pada sebuah obyek atau ide
(Kotler, Amstrong, 2006, p.145).
2.3.4 Faktor Cultural
Nilai-nilai
dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang melalui
keluarga dan lembaga penting lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.129). Penentu
paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Culture, mengkompromikan
nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang
secara terus-menerus dalam sebuah lingkungan. (Kotler, Bowen, Makens, 2003,
pp.201-202).
a.
Subculture
Sekelompok
orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan persamaan pengalaman hidup dan
keadaan, seperti kebangsaan, agama, dan daerah (Kotler, Amstrong, 2006, p.130).
Meskipun konsumen pada negara yang berbeda mempunyai suatu kesamaan, nilai,
sikap, dan perilakunya seringkali berbeda secara dramatis. (Kotler, Bowen,
Makens, 2003, p.202).
b.
Social Class
Pengelompokkan
individu berdasarkan kesamaan nilai, minat, dan perilaku. Kelompok sosial tidak
hanya ditentukan oleh satu faktor saja misalnya pendapatan, tetapi ditentukan
juga oleh pekerjaan, pendidikan, kekayaan, dan lainnya (Kotler, Amstrong, 2006,
p.132).
2.3.5 Keputusan Pembelian
Keputusan
pembelian menurut Schiffman, Kanuk (2004, p.547) adalah pemilihan dari dua atau
lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat
membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan
untuk membeli dapat mengarah kepada bagaimana proses dalam pengambilan
keputusan tersebut itu dilakukan. Bentuk proses pengambilan keputusan tersebut
dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Fully
Planned Purchase, baik produk dan merek sudah dipilih sebelumnya. Biasanya
terjadi ketika keterlibatan dengan produk tinggi (barang otomotif) namun bisa
juga terjadi dengan keterlibatan pembelian yang rendah (kebutuhan rumah
tangga). Planned purchase dapat dialihkan dengan taktik marketing misalnya
pengurangan harga, kupon, atau aktivitas promosi lainnya.
2.
Partially Planned Purchase, bermaksud untuk membeli produk yang sudah ada
tetapi pemilihan merek ditunda sampai saat pembelajaran. Keputusan akhir dapat
dipengaruhi oleh discount harga, atau display produk.
3.
Unplanned Purchase, baik produk dan merek dipilih di tempat pembelian. Konsumen
sering memanfaatkan katalog dan produk pajangan sebagai pengganti daftar
belanja. Dengan kata lain, sebuah pajangan dapat mengingatkan sesorang akan
kebutuhan dan memicu pembelian (Engel, F. James, et.al , 2001, pp.127-128)
2.4 Pendekatan Perilaku Konsumen
Pendekatan
perilaku konsumen terbagi dua yaitu:
1. Teori
Kardinal ( Cardinal Theory)
Teori
Kardinal menyatakan bahwa kegunaan dapat dihitung secara nominal,sebagaimana
kita menghitung berat dengan gram atau kilogram,panjang dengan centimeter atau
meter. Sedangkan satuan ukuran kegunaan (utility) adalah util. Keputusan untuk
mengkonsumsi suatu barang berdasarkan perbandingan antara manfaat yang
diperoleh dengan biaya yang harus dikeluarkan. Nilai kegunaan yang diperoleh
dari konsumsi disebut utilitas total (TU). Tambahan kegunaan dari penambahan
suatu unit barang yang dikonsumsi disebut utilitas marjinal (MU). Total uang
yang harus dikeluarkan untuk konsumsi adalah jumlah unit barang dikalikan harga
per unit.
2. Teori
Ordinal ( Ordinal Theory )
a. Kurva
Indiferensi ( Indiference Curve )
Menurut
Teori Ordinal, kegunaan tidak dapat dihitung tetapi hanya dapat dibandingkan,
sebagaimana kita menilai kecantikan atau kepandaian seseorang. Untuk
menjelaskan pendapatnya, Teori Ordinal menggunakan kurva indiferensi
(indiferensi curve). Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai
kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama
bagi seorang konsumen.
b. Kurva
Garis Anggaran ( Budget Line Curve )
Garis
Anggaran (budget line) adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua
macam barang yang membutuhkan biaya (anggaran) yang sama besar.
c.
Perubahan Harga Barang dan Pendapatan
Perubahan
harga dan pendapatan akan mempengaruhi daya beli, diukur dari besar luas bidang
segi tiga yang dibatasi kurva garis anggaran. Bila luas bidang segitiga makin
luas,maka daya beli meningkat,begitu juga sebaliknya.
2.5
Perilaku Konsumen Indonesia
Menurut
Handi Irawan perilaku konsumen Indonesia dikategorikan menjadi sepuluh, yaitu:
1. Berpikir jangka pendek (short term perspective), ternyata sebagian besar
konsumen Indonesia hanya berpikir jangka pendek dan sulit untuk diajak berpikir
jangka panjang, salah satu cirinya adalah dengan mencari yang serba instant.
2. Tidak
terencana (dominated by unplanned behavior). Hal ini tercermin pada kebiasaan
impulse buying, yaitu membeli produk yang kelihatannya menarik (tanpa
perencanaan sebelumnya).
3 Suka
berkumpul. Masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan suka berkumpul (sosialisasi).
Salah satu indikator terkini adalah situs social networking seperti Facebook
dan Twitter sangat diminati dan digunakan secara luas di Indonesia.
4. Gagap
teknologi (not adaptive to high technology). Sebagian besar konsumen Indonesia
tidak begitu menguasai teknologi tinggi. Hanya sebatas pengguna biasa dan
hanya menggunakan fitur yang umum digunakan kebanyakan pengguna lain.
5.
Berorientasi pada konteks (context, not content oriented). Konsumen kita
cenderung menilai dan memilih sesuatu dari tampilan luarnya. Dengan
begitu,konteks-konteks yang meliputi suatu hal justru lebih menarik ketimbang
hal itu sendiri.
6. Suka
buatan Luar Negeri (receptive to COO effect). Sebagian konsumen Indonesia juga
lebih menyukai produk luar negeri daripada produk dalam negeri, karna bias
dibilang kualitasnya juga lebih bagus dibanding produk di Indonesia
7.
Beragama(religious). Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu agama.
Inilah salah satu karakter khas konsumen Indonesia yang percaya pada ajaran
agamanya. Konsumen akan lebih percaya jika perkataan itu dikemukakan oleh
seorang tokoh agama, ulama atau pendeta. Konsumen juga suka dengan produk yang
mengusung symbol-simbol agama.
8.
Gengsi (putting prestige as important motive). Konsumen Indonesia amat getol
dengan gengsi. Banyak yang ingin cepat naik “status” walau belum waktunya.
Saking pentingnya urusan gengsi ini, mobil-mobil mewah pun tetap laris terjual
di negeri kita pada saat krisis ekonomi sekalipun. Menurut Handi Irawan D, ada
tiga budaya yang menyebabkan
gengsi. Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong orang untuk
pamer. Budaya feodal yang masih melekat sehingga menciptakan kelas-kelas sosial
dan akhirnya terjadi “pemberontakan” untuk cepat naik kelas. Masyarakat
kita mengukur kesuksesan dengn materi dan jabatan sehingga mendorong untuk
saling pamer.
9.
Budaya lokal (strong in subculture). Sekalipun konsumen Indonesia gengsi dan
menyukai produk luar negeri, namun unsur fanatisme kedaerahan-nya
ternyata cukup tinggi. Ini bukan berarti bertentangan dengan hukum perilaku
yang lain.
10.
Kurang peduli lingkungan (low consciousness towards environment). Salah satu
karakter konsumen Indonesia yang unik adalah kekurangpedulian mereka terhadap
isu lingkungan. Tetapi jika melihat prospek kedepan kepedulian konsumen
terhadap lingkungan akan semakin meningkat, terutama mereka yang tinggal di
perkotaan begitu pula dengan kalangan menengah atas relatif lebih mudah paham
dengan isu lingkungan. Lagi pula mereka pun memiliki daya beli terhadap harga
premium sehingga akan lebih mudah memasarkan produk dengan tema ramah
lingkungan terhadap mereka.
2.6 Proses Pengambilan Keputusan pembelian
Sebelum
dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses
yang mendasari pengambilan keputusan, yakni :
1. Pengenalan masalah (problem
recognition). Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang
dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat
menentukan produk yang akan dibeli.
2. Pencarian informasi (information
source). Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk
mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui
pencarian informasi. Proses pencarian informasi dapat berasal
dari dalam memori (internal)
dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).
3. Mengevaluasi
alternatif (alternative evaluation). Setelah konsumen
mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang
ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
4. Keputusan pembelian (purchase
decision). Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternative strategis yang ada, konsumen akan
membuat keputusan pembelian. Terkadang waktuyang dibutuhkan
antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan
adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
5. Evaluasi
pasca-pembelian (post-purchase evaluation) merupakan proses
evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan
keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut,
konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan
harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut
sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk
tersebut pada masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika
produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan
permintaan konsumen pada masa depan.
2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Terdapat
empat faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:
2. Persepsi (perception) merupakan hasil
pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya
berdasarkan informasi dan penalamannya terhadap rangsangan tersebut.
3. Pembentukan sikap (attitude
formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang
mencerminkan sikap suka/tidak
suka seseorang akan suatu hal.
4. Integrasi (integration)
merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Integrasi merupakan respon
atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli
dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli
produk tersebut.
II.2 STUDI KASUS
Analisis Perilaku Konsumen dalam Pembelian Online
Di zaman
serba instan ini, biasanya seseorang menginginkan sesuatu hal didapatkan secara
mudah dan dengan cara yang sederhana. Misalnya dalam berbelanja. pembeli tidak
perlu lagi datang ke toko dimana produk yang dia inginkan dijual. Pembeli hanya
perlu mengakses internet kemudian memilih website sebagai toko online yang
menjual produk yang dia inginkan. Setelah memilih barang yang diinginkan sesuai
dengan spesifikasinya, dia hanya perlu membayarnya dengan kartu kredit atau
transfer melalui phone banking dan bisa juga melalui layanan internet banking.
Pembeli hanya perlu menunggu sampai barang yang di pesan dikirimkan langsung ke
rumah.
Belanja
online sebetulnya dalam sejarahnya sudah terjadi puluhan tahun yang lalu. Hanya
saja saat itu medianya bukan dengan menggunakan layanan internet. Saat itu
sudah dikenal dengan memakai televisi dan telepon. Penjual dapat mengiklankan
produknya menggunakan televisi dan pembeli dapat membeli barang tersebut secara
online melalui sambungan telepon. Caranya hampir sama dengan belanja online
dengan layanan internet. Pembeli hanya tinggal menghubungi penjual, kemudian
penjual mengirimkan barangnya ke rumah pembeli dan terjadilah transaksi jual
beli di rumah pembeli.
Lain
lagi jika kita membeli sebuah barang melalui sebuah forum jual beli. Dalam
forum jual beli lebih diutamakan kenyamanan masing-masing pihak antara penjual
dan pembeli. Misalnya mereka bisa melakukan pembayaran secara COD (Cash On
Delivery) atau menggunakan Rekening Bersama. Namun cara seperti COD memang ada
kelemahannya. Karena pembeli dan penjual tetap harus mau repot untuk bertemu di
sebuah tempat yang dijanjikan. Keuntungannya adalah keduanya bisa sama-sama
mengerti tentang barang dan jenis transaksi yang lebih cepat yaitu menggunakan
uang tunai.
Saya
pribadi memiliki pengalaman dalam berbelanja online. Saat itu saya tengah
menyiapkan kelahiran si buah hati. Sebagai orang tua tentu saja kami menyiapkan
segala sesuatunya. Mulai dari pakaian hingga perlengkapan lainnya. Nah, saat
itu saya sangat tertarik pada gendongan kangguru. Karena di toko aslinya lebih
mahal akhirnya saya mencarinya secara online. Alhamdulillah saya mendapatkan
toko online yang menjual gendongan kangguru yang saya inginkan. Tinggal memilih
item yang saya inginkan, kemudian melakukan pembayaran melalui transfer bank
dan saya hanya tinggal menunggu barang tersebut dikirimkan. Tidak jarang toko
online memberikan potongan harga menarik dan barangnya tentu saja bisa saya
dapatkan lebih murah.
Keunggulan Belanja Online
Ada
beberapa keunggulan berbelanja secara online, antara lain:
Pertama,
pembeli tidak terikat antara jarak dan
waktu. Contoh sederhana misalnya beberapa waktu yang lalu, saya mempunyai
konsumen yang berasal dari kota Pontianak. Disana jarang sekali ditemukan pusat
perbelanjaan, seperti toko pakaian, dll. Terkadang dia mengalami kesulitan
untuk mencari pakaian-pakaian yang ia inginkan. Dengan adanya toko online,
konsumen saya tidak kesulitan lagi mencari pakaian-pakaian yang ia inginkan.
Dia hanya perlu mencari toko online yang menjual pakaian yang dia inginkan
kemudian dia memesannya secara online pula. Dengan demikian, keinginannya untuk
mendapatkan pakaian terbaru kini sudah terbantu berkat toko online. Lebih cepat
dan lebih mudah.
Kedua, pembeli
dari segala usia bisa melakukan belanja secara online. Dengan memanfaatkan
gadget yang anda miliki, anda bisa membeli barang yang anda inginkan secara
online. Pembeli hanya tinggal memilih barang apa saja yang akan dipesan.
Setelah melakukan pembayaran melalui transfer uang, pembeli hanya tinggal
menunggu barang yang dipesan datang ke rumah secara langsung. Tidak repot harus
keluar rumah dan mengeluarkan biaya bensin. Jika dihitung-hitung akan lebih
mahal berbelanja secara langsung ke tokonya. Pembeli akan lebih banyak
mengeluarkan uang. Selain untuk ongkos bensin, pastilah juga keluar biaya lain.
Perlu usaha lebih dan godaannya pun semakin banyak jika berbelanja secara
langsung.
Ketiga, belanja secara online sangat menghemat
waktu dan energi. Bagi pekerja di Jakarta, tentu waktu dan energi adalah
sesuatu hal yang sangat berharga. Pekerja yang terbiasa berangkat pagi hari dan
pulang malam hari tentu saja tidak memiliki waktu lagi untuk berbelanja secara
langsung kecuali pada hari libur. Dengan adanya toko online mereka tidak perlu
lagi khawatir, karena berbelanja dapat di lakukan dimana saja dan kapan saja.
Apakah ketika terjebak di kemacetan Jakarta atau saat terbangun tengah malam.
Toko online selalu buka setiap saat selama 24 jam dalam seminggu.
Kelemahan Belanja Online
Dibalik
keunggulan pastilah ada beberapa kelemahan. Namun hal ini bisa di hindari jika
kita mengetahui sebelumnya. Berikut adalah beberapa kelemahan berbelanja secara
online;
Pertama,
barang yang dipajang di toko online bisa
saja spesifikasinya berbeda dengan yang dikirimkan. Disinilah hak pembeli
untuk meminta jaminan atau garansi. Jika spesifikasi tidak sesuai dengan yang
dicantumkan di toko online pelanggan berhak mendapatkan penggantian atau uang
kembali. Maka jangan lupa untuk screen shot halaman websitenya setiap kita akan
membeli sebuah barang. Agar kita bisa melakukan komplen jika barang yang kita
beli spesifikasinya tidak sesuai dengan yang disebutkan di toko onlinenya.
Bahkan di forum jual beli pemberian garansi sudah menjadi hal yang lumrah
sehingga pembeli tidak ragu dan khawatir lagi. Dengan adanya garansi justru
akan menaikkan posisi tawar sebuah barang dan tentu saja menaikkan reputasi
toko online tersebut.
Kedua, jika barang yang di kirim tidak sesuai
dengan spesifikasinya yang paling repot adalah melakukan klaim. Prosesnya
bisa lebih lama dibandingkan dengan proses membelinya. Maka ukuran sebuah toko
online itu berkualitas atau tidak dapat dilihat juga dari proses kemudahan
klaim. Jika hal ini diabaikan lebih baik pembeli menghindari toko online seperti
ini. Untuk itu lihatlah testimoni-testimoni terhadap toko online tersebut. Di
forum jual beli, testimoni pelanggan jelas sangat berpengaruh terhadap reputasi
seorang pedagang. Dengan mengolah testimoni, sebuah toko online akan semakin
besar dan semakin memiliki reputasi baik di mata calon pembeli. Pembeli
biasanya akan menjadi pelanggan tetap, jika merasa puas dengan layanan dan
proses yang baik. Akan lebih baik jika testimoni itu bukan hanya sebatas
testimoni secara online.
Ketiga, toko online sangat bergantung pada kurir
atau perusahaan jasa pengiriman. Lihat dengan teliti siapakah rekanan toko
online tersebut. Karena proses pengiriman bisa saja lebih lama dari yang
dijanjikan terutama pada masa-masa sibuk seperti saat Hari Raya. Durasi
pengiriman yang cepat juga dapat meningkatkan reputasi toko online. Meskipun
sebetulnya pengiriman sudah dilimpahkan pada jasa pengiriman. Maka ada baiknya
pembeli memahami betul mana saja perusahaan jasa pengiriman yang bisa tepat
waktu mengirimkan barang yang dipesan.
Kami mempunyai
solusi untuk mengatasi kelemahan-kelemahan diatas :
Cari toko online yang memiliki rekam jejak yang baik melalui testimoni dan
reputasinya. Jadilah pembeli yang cerdas. Untuk menjadi pembeli yang cerdas
dimulai dari memilih toko online yang memang sudah betul-betul memiliki
reputasi baik. Agar terhindar dari penipuan dan cybercrime lainnya. Pembeli
juga harus teliti dengan barang-barang yang di deskripsikan. Jangan malu untuk
bertanya dahulu kepada customer service. Pembeli harus cerewet untuk memastikan
bahwa barang yang dipesan memang sesuai dengan keinginan pembeli. Proses tanya
jawab tersebut bisa dilakukan melalui chatting atau via sms atau bbm, dan lain
sebagainya. Tidak jarang mereka juga memiliki social media sehingga bisa lebih
mendekatkan diri pada pelanggannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari
keunggulan dan kelemahan tersebut saya pribadi lebih memilih berbelanja online
pada toko online yang sudah direkomendasikan oleh teman-teman saya.
Sehingga kerugian atau resiko adanya penipuan bisa dihindari. Maka, rekomendasi
inilah yang sebetulnya harus dikelola dengan baik jika para pemilik toko online
jeli. Karena rekomendasi adalah marketing yang paling efektif terutama dalam
bisnis online.
Dari
belanja online saya pun jadi ikut-ikutan berjualan online meskipun hanya
sebatas menggunakan forum jual beli. Bahkan tidak sedikit yang menuai
kesuksesan karena kemudahan berbelanja secara online menjadi kemudahan
berdagang secara online. Toko online tidak perlu ditunggui bahkan tidak perlu
mempekerjakan karyawan untuk menjaganya. Bukan tidak mungkin seorang pembeli
online berubah menjadi pengusaha online. Dibalik itu semua, jual beli online
bisa mendorong lahirnya pengusaha-pengusaha muda.
Dimasa-masa
yang akan datang dimana proses keamanan berbelanja online semakin baik dan
ketat tentu saja pembeli akan merasa nyaman dan merasa dimudahkan untuk
melakukan belanja secara online. Yang perlu disiapkan adalah sistem yang baik
agar bisa melindungi pembeli maupun penjual.
B. SARAN
Semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan utamanya kawan-kawan harus lebih
hati-hati dalam melakukan pembelian secara online.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA